Banyak
pakar yang menilai bahwa komunikasi merupakan hal yang fundamental bagi
kelangsungan hidup manusia. Komunikasi sangat mutlak diperlukan untuk menjalin
hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkaitan erat dengan hakikat manusia
sebagai makhluk sosial, di mana manusia selalu memiliki hasrat untuk
berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan
sesamanya diakui oleh hampir semua agama dan telah ada sejak zaman Adam dan
Hawa.
Sifat
manusia untuk selalu menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat
orang lain merupakan wujud awal keterampilan manusia dalam berkomunikasi.
Keterampilan ini dimulai dengan komunikasi secara otomatis melalui
lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti
setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.
Tidak
ada data autentik yang menyebutkan kapan manusia mulai mampu berkomunikasi
dengan manusia lainnya. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk
berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang
berlangsung secara mendadak. Kemampuan ini kemudian berkembang menjadi
kemampuan untuk berkomunikasi dalam mengutarakan pikirannya secara tertulis.
Pada
perkembangan yang lebih jauh lagi, usaha-usaha manusia untuk berkomunikasi
terlihat dalam berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Mereka mendirikan
tempat-tempat pemukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai untuk
memudahkan mereka dalam berkomunikasi dengan daerah luar dengan menggunakan perahu,
rakit, atau sampan. Cangara (2007:4) menambahkan bahwa pemukulan gong di Romawi
dan pembakaran api yang mengepulkan asap di Cina adalah simbol-simbol
komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang. Penduduk Asia
Tenggara bertani dan mengarungi samudera dengan membaca lambang-lambang isyarat
melalui gejala alam, seperti posisi bintang dan gerakan air laut. Selain itu
masyarakat Sumeria dan Mesopotamia yang menuangkan tulisannya dalam lempengan
tanah liat, kulit binatang, dan batu arca.
Berbagai
bentuk kehidupan manusia di masa lampau tersebut sebenarnya merupakan sebuah
bentuk komunikasi, yaitu komunikasi tradisional yang merupakan generasi pertama
dari berbagai bentuk komunikasi yang kita kenal sekarang. Pada masa itu
sebagian besar masyarakat berkomunikasi menggunakan cara tradisional dan
melalui media yang masih bersifat tradisional pula, sehingga cara komunikasi
semacam itu disebut sebagai komunikasi tradisional.
Bertolak
dari bermacam peristiwa di masa lampau tersebut, terbukti bahwa komunikasi
tradisional merupakan titik awal yang membangun cerita mengenai perjalanan
komunikasi manusia yang sebenarnya telah ada sejak zaman Yunani Kuno dalam
bentuk tradisi retorika. Komunikasi tradisional menjadi cikal bakal
perkembangan komunikasi manusia yang sangat berperan dalam pengembangan
komunikasi ke arah yang lebih modern.
Namun
sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, komunikasi
tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat zaman modern. Oleh karena itu
pemahaman mengenai komunikasi tradisional sangat diperlukan mengingat
komunikasi tradisional merupakan salah satu unsur penting dalam perkembangan
komunikasi manusia. Pembahasan mengenai komunikasi tradisional akan dibahas
secara lebih rinci pada bab selanjutnya.
Pada
era modern dimana komunikasi tradisional sudah mulai tersisihkan, pemahaman
mengenai peranan dan esensi komunikasi tradisional sangat diperlukan, terutama
bagi para pembelajar ilmu komunikasi. Makalah ini disusun guna membahas secara
lebih detail peranan dan esensi komunikasi tradisional yang meliputi segala
macam bentuknya, media komunikasi yang digunakan, kelebihan serta
kekurangannya.
1.
Pengertian Komunikasi Tradisional
Komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari
satu pihak ke pihak lain, dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama
digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaannya tersentuh oleh teknologi
modern.
Pada zaman dahulu, komunikasi tradisional dilakukan oleh
masyarakat primitif dengan cara yang sederhana. Seiring dengan perkembangan
teknologi, komunikasi tradisional mulai luntur dan jarang digunakan, namun
masih ada sebagian orang yang masih tetap menggunakan komunikasi tradisional,
misalnya masyarakat pedesaan di daerah Bali.
2.
Peranan
dan Manfaat Komunikasi Tradisional
Pada
zaman dahulu, komunikasi merupakan bagian dari tradisi, peraturan, upacara
keagamaan, hal-hal tabu, dan lain sebagainya, yang berlaku pada masyarakat
tertentu. Komunikasi sebagai bagian dari tradisi memiliki perbedaan antara
kebudayaan yang satu dengan yang lain. Komunikasi tradisional sangat penting
dalam suatu masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerja sama
untuk mengimbangi tekanan yang datang dari luar. Komunikasi tradisional
mempunyai dimensi sosial, mendorong manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan
hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama menantang kekuatan alam dan
dipakai dalam mengambil keputusan bersama. Dengan demikian, komunikasi
tradisional merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sangat penting bagi
kehidupan manusia.
3.
Bentuk-Bentuk
Komunikasi Tradisional
· Lambang Isyarat
Pada awalnya, orang menggunakan
anggota badannya untuk berkomunikasi "bahasa badan" dan bahasa
non-verbal. Contohnya dengan gerak muka, tangan, mimik. Ini merupakan bentuk
komunikasi yang sangat sederhana.
· Simbol
Simbol-simbol
dalam komunikasi tradisional dapat dilihat pada pemukulan gong di Romawi dan
pembakaran api yang mengepulkan asap di Cina, yang dilakukan oleh para serdadu
di medan perang.
· Gerakan
Gerakan-gerakan
dalam semaphore yang dilakukan untuk menyampaikan sebuah pesan/informasi maupun
gerakan-gerakan dalam tarian yang bertujuan menyampaikan suatu kisah, merupakan
bentuk-bentuk komunikasi tradisional yang menggunakan gerakan.
· Bunyi-bunyian
Bentuk komunikasi tradisional dalam hal
ini berupa tanda bahaya yang disampaikan dengan sirine atau kentongan.
4.
Media
Komunikasi Tradisional
· Kentongan
Kentongan sebagai media komunikasi
tradisional masih memegang peranan yang cukup penting terutama di
daerah-daerah. Walaupun di masa sekarang ini telah terjadi perkembangan
teknologi yang cukup pesat, namun kentongan masih memiliki banyak kegunaan,
misalnya di bidang keamanan (sebagai sarana ronda malam) dan bidang informasi
(sebagai petunjuk waktu yang dipukul setiap jam dan sarana menginformasikan
berbagai peristiwa yang terjadi, seperti kebakaran, bencana alam dan
sebagainya.
· Kulkul
Kulkul
merupakan alat komunikasi tradisional yang terdapat di Bali. Kulkul biasanya dipergunakan sebagai tanda panggilan
kepada warga untuk berkumpul.
Kulkul
adalah alat bunyi yang pada umumnya terbuat dari kayu dan benda peninggalan
para leluhur. Selain di Bali, kulkul yang lazimnya disebut dengan
kentongan hampir terdapat di seluruh pelosok kepulauan Indonesia. Kulkul dijadikan
alat komunikasi tradisional oleh masyarakat Indonesia. Pada masa pemerintahan
Belanda di Indonesia, kulkul lebih populer dengan nama "Tongtong".
Sedangkan pada zaman Jawa-Hindu kulkul disebut "Slit-drum"
yaitu berupa tabuhan dengan lubang memanjang yang terbuat dari bahan perunggu.
Para pembuat kulkul
harus melakukan tahap-tahap upacara guna mencari kekuatan magis yang akan
ditanamkan pada alat tersebut. Apabila tahapan upacara sudah dilaksanakan maka
kulkul telah memiliki kekuatan magis dan dianggap sebagai benda suci serta
keramat.
Ada empat jenis kulkul
yang dikenal masyarakat Bali yaitu Kulkul Dewa, Kulkul Bhuta, Kulkul
Manusia, dan Kulkul Hiasan. Kulkul Dewa adalah kulkul yang digunakan saat
upacara Dewa Yadnya. Kulkul Dewa dibunyikan untuk memanggil para dewa. Ritme
yang dibunyikan sangat lambat dengan dua nada yaitu tung.... tit.... tung....
tit.... tung.... tit…. dan seterusnya. Kulkul Bhuta adalah Kulkul yang
digunakan saat upacara Bhuta Yadnya. Kulkul Bhuta dibunyikan apabila akan
memanggil para Bhuta Kala guna menetralisir alam semesta sehingga keadaan alam
menjadi aman dan tenteram. Kulkul Manusia adalah Kulkul yang digunakan untuk
kegiatan manusia, baik itu rutin maupun mendadak. Di kedua kegiatan inilah saat
membunyikan Kulkul Manusia. Kulkul Manusia terbagi atas tiga yaitu Kulkul
Tempekan, Kulkul Sekeha-Sekeha, dan Kulkul Siskamling. Ritme yang dibunyikan
Kulkul Manusia lambat dan pendek, sedangkan pada kegiatan mendadak terdengar
cepat dan panjang.
Fungsi Kulkul berkaitan
erat dengan kegiatan banjar. Banjar-banjar di Bali pada umumnya melakukan
pertemuan rutin warga setiap sebulan sekali. Menjelang hari pertemuan,
didahului dengan memukul kulkul dengan sebuah alat pemukul dari kayu. Suara
Kulkul akan terdengar sampai ke pelosok banjar. Suara tersebut merupakan panggilan
kepada warga untuk segera berkumpul di tempat yang sudah disepakati bersama.
Selain untuk pertemuan
rutin, bunyi Kulkul juga mengandung arti untuk pengerahan tenaga kerja. Ada
pengerahan tenaga kerja yang sudah direncanakan, dan ada pula yang sifatnya mendadak.
Gotong royong membersihkan desa, mempersiapkan upacara di pura, dan mencuci
barang-barang suci adalah bentuk-bentuk pengerahan tenaga kerja yang sudah
direncanakan. Diawali dengan terdengarnya suara Kulkul, warga pun segera
berkumpul dan bersama-sama melakukan aktivitas membersihkan desa. Sedangkan
pengerahan tenaga kerja yang sifatnya mendadak umumnya untuk menanggulangi
kejadian yang tiba-tiba menimpa banjar. Kejadian itu dapat berupa kebakaran,
banjir, orang mengamuk, gerhana bulan dan pencuri. Bunyi kulkul terdengar cepat
dan panjang. Ini sebagai isyarat supaya warga segera datang atau berjaga-jaga
karena ada bahaya mengancam. Di dalamnya terkandung nilai semangat gotong
royong yang mendorong warga untuk menciptakan keharmonisan dan keselarasan dalam
lingkungan banjar.
Hal-hal yang disebutkan
di atas terkait erat dengan peranan kulkul dalam masyarakat Bali. Dapat
dikatakan hampir seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat Bali melibatkan
kulkul sebagai alat komunikasi. Kulkul adalah alat komunikasi tradisional
antara manusia dengan dewa, manusia dengan penguasa alam, dan manusia dengan
sesamanya. Kulkul diyakini juga dapat meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan.
Hal ini terlihat dari rasa kebersamaan dan kekeluargaan seluruh warga ketika
mendengar bunyi kulkul. Oleh sebab itu, keberadaan kulkul pada masyarakat Bali
perlu dilestarikan karena sangat membantu jalannya pelaksanaan pembangunan.
· Cerita Rakyat
William R.
Bascom (dalam Nurudin,2005:115) mengemukakan fungsi-fungsi dari folklore
sebagai media tradisional adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
sistem proyeksi ( projective system )
2. Sebagai
pengesahan atau penguat adat.
3. Sebagai
alat pendidikan ( pedagogical device )
4. Sebagai
alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh
anggota kolektifnya.
Sebagai
sistem proyeksi, folklor menjadi proyeksi angan-angan atau sebagai alat
pemuasan impian (wish fulfilment) masyarakat yang termanifestasikan
dalam bentuk dongeng. Contohnya dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih.
Cerita Nyi
Roro Kidul di Yogyakarta dapat memperkuat adat (bahkan kekuasaan) raja Mataram.
Seseorang harus dihormati karena mempunyai kekuatan luar biasa yang ditunjukkan
dari kemampuannya dari kemampuannya memperistri mahluk halus.
Cerita Katak
yang Congkak merupakan alat paksaan dan pengendalian sosial terhadap norma atau
nilai masyarakat.
· Seni Drama dan Tari (Sendratari)
Sendratari
yang dikembangkan di Bali antara lain Arja. Pertunjukan ini biasanya dimulai
pada tengah malam oleh pelaku-pelaku yang memainkannya dengan jenaka.
Cerita-cerita Arja yang pada dasarnya mengungkapkan tema romantis itu juga
menyinggung permasalahan hangat sehari-hari, yang secara komunikatif dapat
menggali kesadaran masyarakat mengenai berbagai hal.
· Upacara Rakyat
Upacara
Rakyat seringkali digunakan untuk memperkuat adanya cerita rakyat. Salah satu
contohnya upacara Labuhan (sesaji kepada makhluk halus) yang memperkuat
cerita rakyat mengenai makhluk lain selain manusia. Contoh lain, sedekah laut
di daerah Cilacap yang digunakan untuk menghormati Nyi Roro Kidul dengan
memberikan sesaji.
· Wayang
Wayang
merupakan salah satu media komunikasi yang biasanya digunakan sebagai sarana
hiburan dan sarana pendidikan. Sebagai sarana hiburan wayang menyajikan berbagai
cerita yang bersifat menghibur. Sebagai sarana pendidikan wayang menyajikan
cerita-cerita yang sarat makna dan memberikan berbagai pelajaran bagi
masyarakat. Bahkan saat ini sudah banyak dikembangkan berbagai media
pembelajaran anak-anak menggunakan media-media tradisional salah satunya dengan
wayang.
Selain itu wayang juga berfungsi
sebagai media sosialisasi pada masyarakat. Wayang digunakan sebagai alat untuk
mensosialisasikan berbagai persoalan-persoalan dalam masyarakat agar mudah
dimengerti dan dicari jalan keluarnya. Penggunaan wayang sebagai alat
komunikasi tradisional dinilai efektif karena mampu menarik perhatian
masyarakat. Salah satu contoh nyatanya, tanggal 14 Desember 1977 di Kota
Bandung pernah digelar pertunjukan wayang golek yang mengangkat tema Keluarga
Berencana. Pertunjukan ini bertujuan untuk mensosialisasikan program Keluarga
Berencana kepada masyarakat
Dalam pertunjukan ini, proses
komunikasi sangat didukung dan ditentukan oleh dalang yang berperan sebagai
pribadi kepercayaan yang berdialog dan mengetahui tanggapan penonton dalam
waktu seketika. Dalang dalam hal ini bertindak sebagai saluran penerangan dan
sumber motivasi. Bersama jurukawih yang melantunkan suara dengan pemilihan
kata-kata yang tepat untuk menyentuh hati penonton serta wiraswara yang
ketanggapannya diperlukan dalam berdialog untuk menghidupkan percakapan,
ketiganya memegang peranan penting dalam membawakan misi menggalakkan Program
Keluarga Berencana
Intinya, pertunjukan wayang sebagai
salah satu media komunikasi tradisional memberikan gambaran nyata yang lebih
mudah dicerna dan dimengerti, serta memberikan sentuhan tersendiri (yang mungkin
lebih dalam) pada hati nurani masyarakat yang menyaksikannya.
· Burung Merpati
Burung merpati merupakan media
komunikasi tradisional setelah manusia mengenal tulisan serta kebudayaan
berkirim surat, sebelum munculnya jasa pos. Surat yang ditulis tersebut akan
dipasang pada kaki burung merpati yang telah dilatih sebelumnya oleh si
pengirim, untuk disampaikan kepada orang yang dituju. Pengiriman surat dengan
jasa burung merpati banyak ditemukan pada masa kerajaan di Indonesia.
5.
Kelebihan
dan Kekurangan Komunikasi Tradisional
Keberadaan komunikasi tradisional
yang media-medianya biasa dipertukarkan dengan seni tradisional atau seni
pertunjukan, menjadikan bentuk komunikasi ini lebih menarik, sederhana, dan
mudah dimengerti oleh komunitas sasarannya. Hal itulah yang membuat media
komunikasi tradisional melekat erat dengan kehidupan masyarakat dan berdampak
pada perkembangan proses sosial masyarakat seperti memupuk rasa persaudaraan.
Pengalaman-pengalaman yang ada
menunjukkan bahwa media kesenian tradisional masih tetap disenangi oleh
masyarakat. Namun demikian media-media kesenian tersebut tetap harus dikemas
dengan baik dan menarik. Buktinya, saat ini media modern seperti televisi
seolah berlomba menampilkan pola pertunjukan tradisional dalam berbagai
tayangan. Ini menunjukkan kelebihan/keistimewaan media tradisional yang tidak
dimiliki oleh media modern.
Sedangkan kekurangan dari komunikasi
tradisional ialah ketidakmampuannya menjangkau ruang dan waktu serta audiens
yang lebih luas. Karena keterbatasan itulah komunikasi ini sering dianggap
tidak efektif dan kalah bersaing dengan media komunikasi modern yang lebih
canggih.
masbro, komunikasi tradisional itu dari buku asli / tidak. dn bukunya ada tidak.
BalasHapus085695490656