Pages

Jumat, 30 Maret 2012

Pendekatan Komunikasi Lintas Budaya


1.      Pengartian Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan.
Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu. Banyak pembahasan komunikasi lintas budaya yang berkisar pada perbandingan perilaku komunikasi antarbudaya dengan menunjukkan  perbedaan dan persamaan sebagai berikut:
Persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman persepsi, peranan lingkungan sosial dan fisik terhadap pembentukan persepsi
Kognisi, yang terdiri dari unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa dan cara berpikir.
Sosialisasi, berhubungan dengan masalah sosialisasi universal dan relativitas, tujuan-tujuan institusionalisasi; dan
Kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan tipologi karakter atau watak bangsa.

Kepekaan terhadap budaya
            Menurut Wing Morse ; banyak pembicaraan bisnis menjadi sia – sia karena pemahaman yang buruk mengenai isyarat – isyarat komunikasi nonverbal. Alasan terpenting menjadi kompeten dalam antarbudaya adalah bahwa kehidupan pribadi anda akan lebih memuaskan dan kehidupan kerja anda akan lebih produktif, membahagiakan dan efektif.
Terdapat beberapa hal yang dapat menjadikan anda peka terhadap antarbudaya :
a.       Menghindari etnosentrisme
              Merupakan suatu sikap alami yang melekat dalam semua kebudayaan, etnosentrisme adalah keyakinan pada superioritas ras seseorang, hal ini cenderung menyebabkan kita menghakimi orang lain menurut nilai – nilai kita sendiri.
Pandangan dari Usha George ; kita semua berusaha menafsirkan dunia melalui lensa budaya kita sendiri.
b.      Menjembatani kesenjangan
              Setiap kebudayaan dapat dipelajari dengan pengenalan budaya dan pelatihan, anda dapat mempelajari sikap dan perilaku baru yang membantu menjembatani kesenjangan antarbudaya. Hal – hal yang dapat jadikan untuk menjembatani kesenjangan, yaitu :
-      Toleransi
Dengan mengaplikasi sikap empati, hal ini berarti mencoba melihat dunia melalui meta orang lain, membantu anda menjadi lebih toleran, lebih sedikit menghakimi dan untuk mencari pijakan yang sama.
-      Menjaga muka
Muka mengacu pada citra yang dimiuliki seseorang dalam kehidupan sosialnya, menjaga muka mungkin memerlukan ketidaklangsungan untuk menghargai perasaan dan martabat orang lain. Pendengan yang empati mengenali bahasa penolakan dan tidak memaksa lebih lanjut.
-      Kesabaran
Toleransi terkadang melibatkan sikap sabar dan diam

2.      Pendekatan Komunikasi Lintas Budaya
-      Pendekatan Perangai terjadi Tatkala berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan lain, maka anda menampilkan perangai (trait) tertentu. Ingatlah bahwa perangai tidak saja dibentuk oleh factor-faktor internal individu tetapi juga dipengaruhi oleh factor-faktor social. Itulah yang disebut Internal Response Trait yaitu derajat (tinggi atau rendah) kestabilan disposisi dan konsistensi disposisi individu untuk merespons karakteristik orang lain.
-      Pendekatan Perseptual apabila Anda harus mengidentifikasi jenis-jenis persepsi, seperti kognisi (akal), pandangan dan pemahaman bahwa semua itu berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi lintas budaya yang memperhitungkan tekanan psikologi, berkomunikasi secara efektif dan membangun relasi antar pribadi.
-      Pendekatan Perilaku  merupakan Pendekatan terhadap kompetensi komunikasi lintas budaya dapat juga dilakukan melalui pendekatan perilaku, terutama perilaku social (perilaku individu dalam konteks social) karena invidu berhubungan dengan seseorang dalam konteks budaya tertentu.
-      Pendekatan terhadap kebudayaan tertentu. Jika kita ingin meningkatkan komunikasi dengan orang lain dari kebudayaan lain maka yang dilakukan adalah mempelajari kebudayaan, belajar tentang nilai, norma, kepercayaan, bahasa, struktur pengetahuan, system social dan budaya, system ekonomi, mata pencaharian, dan adat
            Asumsi dasar bahwa komunikasi sangat berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhi kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Ketika kita berbicara, sebenarnya kita sedang berprilaku. Melambaikankan, tersenyum, bermuka masam, mengganggukan kepalaatau memberikan suatu isyarat , kita juga sedang berprilaku.
            Pendekatan dalam komunikasi berfokus pada pemberian makna kepada perilaku. Pemberian disini berarti bahwa kita memberikana mankna yang telah kita miliki kepada perilaku yang telah kita observasi  dilingkungan  kita. Berbagai makna tel;ah tumbuh sepanjang hidup kita  sebagai akibat dari pengaruh  budaya kita terhadap  kita sebagai hasil  dari pengalaman-pengalaman pribadi. Makna adalah relative bagi kita masing-masing, oleh karena kita masing-masing adalah manusia yang unik dengan latar belakang yang berbeda-beda dan memilki pengalaman yang unik pula. 

3.      Proses Komunikasi Lintas Budaya

a.    Sistem Kepercayaan, Nilai dan Sikap
             Nilai-nilai adalah aspek evaluative dari sitem kepercayaan, nilai dam sikap. Dimensi evaluative ini meliputi kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan, dan kesenangan. Meskipun setiap orang mempunyai tatanan nilai ayang unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderungmenyerap budaya. Nilai-nilai ini dinamakan nilai budaya.
             Nilai dari suatu budaya menampakkan diri dari perilaku para anggotabudaya yang dituntut oleh budaya. Nilai-nilai ini disebut nilai normative. Sseperti seorang pengendara motor dituntut berhenti ketika tanda lampu merah menunjukkan tanda berhenti.

b.      Peran Bahasa dalam Komunikasi
             Berkomunikasi dengan orang lain adalah rutinitas kita sehari- hari. Dalam berkomunikasi tentunya kita menggunakan bahasa dalam penyampaiannya. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia, alat untuk mengidentifikasi diri. Pada dasarnya, bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya secara lisan, tetapi juga menggunakan bahasa isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya.
             Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor lingkungan. Faktor biologis diantaranya evolusi biologis, ikatan biologis, bahasa binatang, dan masa kritis belajar bahasa. Evolusi biologis, perubahan biologis membentuk manusia linguistik, karena berkenaan dengan evolusi biologis, otak, sistem saraf, dan sistrem vokal berubah selama beratus-ratus juta tahun dan akhirnya bahasa adalah pemerolehan yang selalu baru terjadi. Ikatan biologis, bahasa adalah suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan anak mendeteksi kategori bahasa tertentu. Peranan otak, otak yang paling berperan dalam perkembangan bahasa adalah otak kiri, tetapi dalam melakukan kegiatan ada keterkaitan antara dua belahan otak yaitu kana dan kiri. Bahasa binatang, binatang dapat berkomunikasi dengan sesamanya dan dapat dilatih untuk dimanipulasi simbul-simbul bahasa. Periode kritis belajar, bahasa harus digerakan melalui belajar dan waktu yang efektif untuk pengembangan bahasa adalah selama usia dini. Faktor lingkungan, mencakup perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan sosial untuk perkembangan bahasa yang meliputi simplikasi pengasuhan dan pemetaan melalui motherese, recasting, echoing, expanding, labeling, modeling, dan correctiver feedback., dan pandangan behavioral. Dalam berbahasa seseorang melalui beberapa tahap, diantaranya perkembangan bahasa usia bayi, perkembangan bahasa usia dini, perkembangan bahasa usia sekolah, dan perkembangan membaca dan menulis.
             Bila kegiatan belajar mengajar yang diciptakan efektif, maka perkembangan bahasa anak dapat berjalan secara optimal. Sebaliknya bahwa jika kurang efektif, maka perkembangan bahasa anak mengalami hambatan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan sosial, maka sangat diperlukan bahasa yang komunikatif yang memungkinkan semua pihak yang terlibat interaksi belajar mengajar dapat berperan aktif dan produktif. Sehingga guru SD diharapkan lebih banyak menggunakan bahasa anak daripada bahasa orang dewasa.  Lingkungan yang kondusif dapat tercipta sesuai dengan kebutuhan anak untuk perkembangan bahasa pada saatnya, akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan bahasa anak, tidak hanya sebagai pengguna bahasa yang pasif, melainkan juga dapat menjadi pengguna bahasa yang aktif.
c.       Bahasa Tubuh
             Penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi, biasa disebut sebagai komunikasi non-ujaran (non-verbal communication). Manajer perlu mengetahui cara menggunakan bahasa tubuh sebagai cara penekanan ekspresi pesan yang akan disampaikan. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya distorsi informasi.
             Ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ujaran (verbal communication) orang acap menggunakan bantuan gerak-gerik anggota tubuh [seperti mata, tangan, kepala, dll). Kemampuan memanfaatkan anggota tubuh merupakan aset komunikasi dan bukan sekedar tampilan fisik. Jika digunakan secara tepat dan benar akan menimbulkan rasa tenteram (bagi diri sendiri atau pendengar), memperjelas bahasa ujaran dan sekaligus akan menghasilkan dampak positif yang mungkin tidak diduga. Sebagai contoh, cara berdiri, bergerak, menatap, dan tersenyum yang dimanipulasikan sedemikian rupa akan memberi nuansa komunikatif terhadap penampilan kata-kata.
Perilaku nonverbal. Bahasa verbal merupakan istilah digital, dengan kata lain “kata” sebgai simbolisasi atas fenomena tertentu. Perilaku nonverbal merupakan istilah analogi, yang mewakili fenomena tertentu dengan menciptakan keadaan atau suasana yang diekspresikan secara langsung. Misalnya, secara digital kita ucapkan “Aku Mencintai mu”. Sementara, secara analogi  perasaan tersebut terwakili dengan tatapan dan sentuhan.
d.      Lingkungan komunikasi,
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:                  
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.
2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

             Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.
 
Daftar Pustaka

-         -  Liliweri MS, Alo, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (LKiS: Yogyakarta) 2003
-     - Mulyana, Dedi & Jalaluddin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya : Panduan Berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya, (PT. Remaja Rosda Karya : Bandung) 1996.
-      -   Mulyana, Dedi, Komunikasi Efektif, PT. Remaja Rosda Karya : Bandung. 2008
-         -  Marasakti Bangunan, Mengembangkan Kompetensi, http://wordpress.com, diakses pada 10 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar