Pages

Selasa, 27 Januari 2015

Get Up

www.nexosurfboards.com
Tuesday, January 19th, 2015 ago. The accident came over me. It happened so fast, and everything is like a dream. My friends and I fell off my bike, because there are sudden passing in front of us. The incident made me panic when I saw Mr hit lying on the pavement, I increasingly panicked when the Mr ears bleed that much. Even his wife also fell with him too panicked to see what happened. I and two local residents immediately move laterally Mr road.

The longer the crowd more and more, but the help is not there, they even busy menanyakana. "Why, why, and why. ??" While his Mr was dying with pain in the suffering akaibat accident happened. In fact, there is also the intention of helping his Mr with memberhenti passing cars, but no lay off his car. Either where the inhuman heart, everything stayed the words contained in books alone, and said humanity was lost in the minds of men.

Senin, 26 Januari 2015

Kisah "Jatuh Bangun"

Sumber Foto: dediwiyanto.wordpress.com

Musibah, tidak ada yang menghendakinya. Bahkan ia bisa datang kapan saja. 

Selasa 19 Januari 2015 yang lalu. Musibah itu datang menghampiri ku. Kejadian itu begitu cepat, dan semuanya bagaikan mimpi. Aku dan temanku terjatu dari sepeda motor, karena ada yang melintas tiba-tiba di depan kami. Kejadian itu membuat aku panik ketika melihat Bapak yang aku tabrak terlentar di atas aspal, aku semakin panik ketika telinga Bapak tersebut mengeluarkan darah yang banyak. Bahkan istrinya juga terjatuh bersama dia juga panik melihat kejadian itu. Aku dan dua orang warga setempat segera memindahkan sang Bapak ketepi jalan.

Semakin lama kerumunan semakin banyak, namun yang menolong tidak ada, bahkan mereka sibuk menanyakana. "kenapa, kenapa, dan kenapa.??" Sedangkan sang Bapak masih sekarat dengan sakit yang di derita akaibat kecelakaan yang terjadi. Bahkan ada juga yang berniat menolong sang Bapak dengan memberhenti mobil yang lewat, namun tidak ada yang memberhentikan mobilnya. Entah dimana hati yang berperi kemanusiaan itu, semuanya tinggal kata-kata yang tertera di dalam buku-buku saja, dan kata peri kemanusiaan itu hilang dalam benak manusia. 

Jumat, 16 Januari 2015

Pesan Rindu


Awal Kisah

Berbicara tentang cinta tidak akan habis-habisnya. Kerena cinta itu ada dalam diri setiap manusia. Ada yang bilang cinta itu indah, cinta itu kehidupan dan masih banyak pendapat lainnya tentang cinta. Hidup ini penuh cinta, meski kadang ada kalanya cinta itu pahit, dan orang-orang yang putus cinta rela bunuh diri. Oh my god!

Aku punya cinta. Meski tidak seterkenalnya kisah romeo dan Juliet, maupun kisah Adam dan Hawa. Kisah ku ini tidak pernah di catat oleh tinta hitam apalagi tinta emas. Kecuali aku menulisnya dan bentuk buku dan semua orang bisa membaca kisah ku ini.

Oia perkenalkan namaku Agam. Lengkapnya Muhammad Agam Fauzan Habibullah. Aku tinggal di sebuah desa kecil di ujung pulau Sumatra. Nanggro Aceh Darussalam begitulah nama sebuah provinsi paling barat Indonesia. Aku tinggal di Aceh Barat Daya bersama dengan Ayah dan Ibu serta dua orang saudara. Teddi abangku dan Diana Adikku.

Rintihan Asa

''Rif apa yang harus aku lakukan, aku belum sanggup. Belum sanggup Rif menerima kenyataan ini'' suara Firman memecahkan keheningan di sore yang terlihat mendung, dan gerimis mulai turun dari langit yang indah. Di teras depat rumah Arif duduk Firman yang sedang membutuhkan teman curhat untuk masalahnya. Sambil ditemani dengan secangkir Kopi buatan Mak Aisyah, ibunya Arif. Selama ini Firman sering kesini menceritakan keluh kesah yang dihadapinya.

''jika kau tak sanggup mengapa kau melakukan itu Man??'' tanya Arif ''kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu atas Rina''

''tapi Rif, aku benar-benar belum siap menerima kenyataan ini, apa yang harus aku katakan pada Mak di kampung. Pasti dia kecewa Rif''

''lalu apa yang akan kau lakukan Man, apa kau akan menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya?? Apa kah kau setega itu membunuh calon anakmu sendiri?'' pernyataan Arif membuat Firman diam, karena merasa terpojok.

''maafkan aku Rif, aku khilaf aku tidak sengaja melakukannya''

''buat apa kau minta maaf padaku Man, cukup kau minta maaf pada Allah, Rina dan Mak mu di kampung''

''lalu aku harus bagaimana Rif, tolong aku'' Firman merengek dengan nada putus asa

''nikahilah Rina, cuma itu yang harus kau lakukan Man''

''aku belum siap Rif''

''lalu kapan kau akan siap, ini akibat yang harus kau tanggung Man. Karena hidup ini sebab akibat'' Firman hanya diam, pandangannya tertuju keluar menyaksikan gerimis yang menjadi hujan turun membasahi bumi. Tatapannya kosong melihat rinai-rinai hujan.
***