Pages

Selasa, 31 Juli 2012

Perlawanan Tengku Peukan Manggeng Terhadap Belanda di Aceh Barat Daya


Perlawanan terhadap Belanda juga terjadi diwilayah Barat Daya yang dipimpin oleh Tengku Peukan Manggeng, Haji Yahya dan Sidi Rajab. Dalam suatu musyawarah yang diselenggarakan di Paya Dapu wilayah Kluet, ditetapkan Tengku Peukan Manggeng sebagai panglima perang dan penyerangan lebih dahulu dilakukan pada malam hari di tangsi (asrama) Blangpidie pada akhir tahun 1926. Tengku Peukan tergolong seorang ulama yang kharismatik dan berpengaruh di Manggeng dan sekitarnya, orang tua beliau juga merupakan seorang ulama yang berpengaruh di daerah itu. Tengku Peukan merupakan putera dari seorang ulama yang bernama Tengku Padang Ganting dan Siti Zalekha yang dilahirkan pada tahun 1886 di desa Alu Paku kecamatan Sawang Aceh Selatan. Sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat yang berpengaruh, Tengku Peukan semakin membahayakan posisi Belanda di Blangpidie. Dakwah Tengku Peukan selalu dimata-matai oleh kaki tangan Belanda. Tengku Peukan sering merekrut para pengikut melalui media dakwah. Dalam dakwahnya Tengku Peukan selalu memaparkan bahwa membela dan mempertahankan tanah air adalah ibadah, jika meninggal dalam peperangan sabil melawan kafir Belanda maka akan mendapatkan surga sebagai imbalannya. Tengku Peukan juga mengajak rakyat untuk menentang setiap penjajahan dan membenci setiap perampasan hak azasi manusia.